BANTENRAYA.COM- Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKBP3A) Kabupaten Serang melakukan pertemuan dengan 45 ulama.
Pertemuan tersebut dilakukan supaya pondok pesantren menjadi tempat yang ramah anak dan mencegah terjadinya kekerasan pada anak.
Kepala DKBP3A Kabupaten Serang Encup Suplikah mengatakan, kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan lintas sektor yang sebelumnya diadakan oleh DKBP3A.
“Kita tadi melakukan pertemuan dengan forum silaturahmi pondok pesantren. Pertemanan ini hasil pembahasan lintas sektor untuk stop kekerasan,” ujarnya, Selasa 13 Juli 2025.
Ia menjelaskan, DKBP3A akan menyasari tiap pondok pesantren di Kabupaten Serang untuk mencegah terjadinya kekerasan pada anak yang sangat berpotensi terjadi.
Baca Juga: Upaya Genjot PAD, 13 Bidang Tanah Milik Pemkot Cilegon Bakal Dibisniskan
“Di pondok pesantren harus menjadi ramah dan tempat perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan. Mereka minta kami hadir untuk memberikan sosialisasi saat ada pengajian di tingkat kecamatan,” katanya.
Encup menuturkan, sosialisasi kekerasan perempuan dan anak sangat penting dilakukan karena di pesantren juga kerap menjadi tempat yang tidak aman bagi perempuan dan anak.
“Jelas kita harus menyusur ke pesantren karena di tempat itu banyak anak-anak juga. Kejadian-kejadian kekerasan seksual di pesantren juga pernah kita temukan,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, jumlah kekerasan di Kabupaten Serang juga dinilai cukup tinggi karena dari awal tahun 2025 sampai Agustus mencapai 76 kasus.
“Yang masih kosong itu Kecamatan Binuang dan Kecamatan Lebakwangi, yang tertinggi itu Kecamatan Kragilan 10 kasus, Kecamatan Kibin delapan kasus, Kecamatan Kramatwatu tujuh kasus dan Kecamatan Ciomas empat kasus,” paparnya.
Baca Juga: Royalti Musik Bikin Beban Baru Perhotelan Ditengah Okupansi yang Lesu
Pihaknya mengajak para ulama dan pengasuh pondok pesantren untuk berkolaborasi dalam mencegah terjadinya angka kekerasan seksual pada anak.
“Ulama ulama yang hadir mengaku kaget setelah mendengar ada kejadian kekerasan yang luar biasa. Mereka siap untuk memberantas bareng-bareng karena kita kalau kerja sendiri susah dan harus kolaborasi,” tuturnya. (***)