BANTENRAYA.COM – Pemkot Cilegon kembali mengatur strategi dalam pengembangan kawasan industri setelah gagal menjadikan Jalur Lingkar Selatan (JLS) sebagai koridor utama investasi.
Mahalnya harga tanah dan buruknya infrastruktur di kawasan tersebut membuat investor enggan menanamkan modal, hingga akhirnya Pemkot Cilegon membuat solusinya.
Menurut Wali Kota Cilegon Robinsar, harga tanah yang terlalu tinggi menjadi salah satu hambatan utama investasi di JLS mandek dan mau tak mau Pemkot Cilegon harus memutar otak.
Baca Juga: DPRD Minta Jalan Palima–Pakupatan Dituntaskan, DPUPR Banten Pastikan Terus Berprogres
Harga lahan di kawasan JLS sudah menembus angka Rp2–3 juta per meter persegi, padahal investor dalam dan luar negeri umumnya hanya bersedia membayar Rp500 ribu hingga Rp1 juta per meter.
“Mereka budget-nya kisaran Rp500–1 juta per meter. Tapi karena harga tanah di Cilegon sudah di angka Rp2–3 juta per meter, akhirnya banyak investor yang mengurungkan niatnya investasi di Kota Cilegon,” ujar Robinsar.
Untuk menjawab tantangan itu, Pemkot Cilegon berinisiatif mengembangkan kawasan industri baru melalui pembangunan Jalur Lingkar Utara (JLU) yang akan membentang dari Cilegon Timur hingga ke Merak. Proyek ini direncanakan mulai digarap pada tahun 2026.
Baca Juga: Tak Sanggup Bantu Pengobatan Laka Lantas, Mahasiswi Jadi Tersangka
“Kami berinisiatif akan segera membuka Jalur Lingkar Utara (JLU) di tahun depan yang terbentang dari Cilegon Timur sampai Merak,” katanya.
Ruas JLU dipilih karena masih banyak kawasan hijau dan pertanian dengan harga lahan yang jauh lebih terjangkau.
Hal ini diyakini dapat menjawab kebutuhan pasar investor yang mencari lahan dengan harga kompetitif.
Baca Juga: BRI Salurkan Rp1.137,84 Triliun untuk UMKM, Dorong Ekonomi Grassroot
Selain untuk kawasan industri, jalur ini juga akan berfungsi sebagai jalur alternatif menuju Pelabuhan Merak, terutama saat musim mudik Lebaran.
Bahkan, Robinsar menyebut JLU dapat menjadi “buffer zone” atau rest area untuk kendaraan-kendaraan berat dan pemudik.
“Jalur JLU ini dibangun dalam rangka mensukseskan program presiden dalam rangka peningkatkan ekonomi 8 persen,” tuturnya.
Baca Juga: Pasar Body and Repair Mobil Lebih Baik Ketimbang Penjualannya
“Kami sangat meyakini ketika JLU terbangun, pertumbuhan ekonomi akan meningkat, investasi masuk, dan membantu akses arus mudik,” paparnya.
Sebelumnya, Pemkot Cilegon berharap kawasan industri bisa dikembangkan di sepanjang Jalan Lingkar Selatan (JLS).
Namun, kondisi jalan yang rusak berat dan harga tanah yang terus melambung membuat kawasan tersebut gagal menjadi daya tarik investasi.
“Kami sudah koordinasi dengan Provinsi dan Balai, tapi karena alasan efisiensi, perbaikan JLS tidak bisa dilaksanakan. Mudah-mudahan Desember ini bisa selesai,” jelas Robinsar.
Baca Juga: Resmi Ditunjuk Erick Thohir, Inilah 4 Tugas Penting Alexander Zwiers Sebagai Direktur Teknik PSSI
Menjelang Lebaran tahun lalu, JLS sempat diperbaiki secara darurat melalui pengaspalan. Namun, hanya berselang beberapa bulan, jalan kembali rusak karena memang tidak cocok diaspal dan butuh konstruksi beton.
“Karena selain digunakan untuk industri, JLS ini dimanfaatkan juga oleh masyarakat. Kami minta support dari Provinsi Banten maupun Balai untuk rencana pembangunan JLS dan JLU,” tambahnya.
Kondisi ini mencerminkan perlunya infrastruktur yang tidak hanya layak, tetapi juga strategis dan terencana secara ekonomis.
Baca Juga: Oknum Brimob Yang Terlibat Pemukul di PT GRS Ditahan Di Penempatan Khusus
Tanpa akses jalan yang mumpuni dan harga tanah yang kompetitif, kota industri seperti Cilegon akan kesulitan menarik investasi jangka panjang.
Sementara itu, berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kota Cilegon masuk ke dalam 10 besar kota dengan potensi industri tertinggi di Indonesia.
Namun dalam dua tahun terakhir, pertumbuhan realisasi investasi di kota ini stagnan, yang sebagian besar disebabkan oleh masalah infrastruktur dan harga lahan. ***